Minggu, 14 Februari 2010

Pendidikan Islam

A. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan pewaris dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai yang termaktub dalam al-Qur’an dan terjabar dalam Sunnah Rosul, yang dimaksudkan adalah dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.1) Dengan demikian ciri yang membedakan antara pendidikan Islam dengan yang lain adalah pada penggunaan ajaran Islam sebagai pedoman dalam proses pewarisan dan pengembangan budaya ummat manusia tersebut.

Menurut Mochtar Buchori dalam setiap pendidikan seyogianya bersifat antisipatoris, karena setiap pendidikan mempersiapkan peserta didik untuk mengarungi kehidupan dimasa depan.2) Sementara itu, Hasan Langulung merumuskan Pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.3)
Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultant (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya. Dalam proses pembentukan tersebut, diperlukan suatu perhitungan yang matang dan hati-hati berdasarkan pandangan dan pikiran-pikiran atau teori yang tepat, sehingga kegagalan atau kesalahan-kesalahan langkah pembentukan terhadap anak didik dapat dihindarkan. Oleh karena lapangan tugas dan sasaran pendidikan adalah makhluk yang sedang hidup tumbuh berkembang dan berkembang yang mengandung berbagai kemungkinan. Bila kita salah bentuk, maka kita akan sulit memperbaikinya.
Pendidikan Islam pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiyariah yang secara paedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kearah kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya. Oleh karena itu usaha ikhtiyariah tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan atas trial and error (coba-coba) atau atas dasar keinginan dan kemauan pendidik tanpa dilandasi dengan teori-teori kependidikan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah paedagogis.4)
Karena pada hakekatnya, Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kebutuhan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi.5) Sebagaimana yang tercantu dalam firman Allah SWT, surat al-Jumuah ayat 10:
وإدا قضيت الصلوة فانتشروا فى الأرضى وابتغوا من فضل الله واذ كروا الله كشيرا لعلكم تفلحون (الجمعة: ١٠)
Artinya :
Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. Al-Jumu’ah:10).
Pendidikan Islam merupakan pergaulan yang mengandung rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada kebaikan, disertai dengan perasaan cinta kasih kebapakkan dengan menyediakan suasana yang baik dimana bakat dan kemampuan anak dapat tumbuh berkembang secara lurus.6)
Pendidikan dalam Islam merupakan bagian dari da’wah, dan kata terakhir ini yang diungkap al-Qur’an. Ia memberikan suatu model pembentukan kepribadian seseorang, keluarga, dan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai ialah terbentuknya akhlaq yang mulia, serta mempunyai ilmu yang tinggi dan taat beribadah.7) Allah SWT berfirman:
... يرفع الله الذين امنوا منكم والذين أوتوا العلم درجت... (المجادلة:١١)
Artinya :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Mujadalah:11).
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup (Zakiah Darajat, 1983:1).8) Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dari komunitas tersebut akan ditentukan aktifitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan, secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Langeveld, beliau berpendapat bahwa anak manusia itu memerlukan pendidikan. Karena ia berada dalam keadaan tidak berdaya (hulpelaosheid).9)
والله اخرجكم من بطون امهتكم لاتعلمون شبأ وجعل لكم السمع والابصروالافئدة (النحل:٧٨)
Artinya :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui sesuatu apapun, dan Ia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati”.

Sekalipun demikian Allah menjadikan manusia itu sebaik-baiknya bentuk. Struktur manusia itu terdiri dari unsur rohaniah atau psikologi. Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kencenderungan berkembang, dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi, yang menurut aliran psikologi behavionisme disebut propetence ref-lexes (kemampuan dasar yang secara otomatis dapat berkembang).9)
Pendidikan Islam salah satu tujuannya adalah terbentuknya akhlak yang mulia. Akhlak yang dimaksud disini menyangkut aspek pribadi, keluarga, dan masyarakat baik dalam hubungan sesama manusia dan alam lingkungan maupun hubungan dengan Allah pencipta alam semesta (aspek horizontal dan aspek vertikal).
Drs. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani dan bedasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut Islam”.10)
Haidar Putra Daulay, mengatakan bahwa “pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani”.11)
Pendidikan Islam merupakan pergaulan yang mengandung rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada kebaikan disertai dengan perasaan cinta kasih kebapakkan dengan menyediakan suasana yang baik dimana bakat dan kemampuan anak dapat tumbuh berkembang secara lurus.12)
Pendidikan merupakan persoalan penting bagi umat. Pendidikan selalu menjadi tumpuan atau harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidika merupakan sarana untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat dan menciptakan generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.13)
Pendidikan dalam Islam merupakan bagian dari da’wah dan kata terakhir ini yang diungkap al-Qur’an. Ia memberikan suatu model pembentukan kepribadian seseorang, keluarga dan masyarakat. Sasaran yang hendak dicapai ialah terbentuknya akhlaq yang mulia, serta mempunyai ilmu yang tinggi dan taat beribadah.14) Akhlak yang dimaksud disini menyangkut aspek pribadi, keluarga dan masyarakat baik dalam hubungan sesama manusia dan alam lingkungan maupun hubungan dengan Allah pencipta alam semesta (aspek horizontal dan aspek vertikal). Dari sini terwujud muslim intellectual. Pendidikan merupakan institusi pembentukan dan pewarisan serta pembangunan budaya umat manusia. Pendidikan Islam bukan sekedar masalah-masalah dunia semata, akan tetapi menyentuh perpaduan rohani dan jasmani. Dengan istilah lain pendidikan Islam mempersiapkan seseorang berperilaku ihsan (tetap guna) dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.
Oleh karena itu proses pendidikan Islam memerlukan konsep-konsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dalam praktek di lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan Islam itu akan dapat berdiri tegak di atas fondasi pandangan dasar (filosofi) yang telah digariskan oleh Tuhan dalam kitab suci wahyu-Nya al-Qur’an Karim.15)
Islam mengajarkan pada umatnya bahwa pendidikan sangat penting, bahkan diwajibkan untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran agama Islam pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi, demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3, yaitu: al-Qur’an, as-Sunah, dan Undang-undang yang berlaku di negara kita.16)
Dasar dari al-Qur’an adalah firman Allah surat al-‘Alaq 1-5:
إقرأ باسم ربك الذى خلق(١) خلق الإنسان من علق(٢) إقرأ وربك الاكرم(٣) الذى علم بالقلم(٤) علم الانسان مالم يعلم (٥)
Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang diketahuinya.”17)
Dasar pendidikan Islam seperti yang diamanahkan oleh UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 15 disebutkan bahwa, “jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademis, profesi, keagamaan, dan khusus”.
Dan pasal 11 ayat 6 disebutkan “pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli agama.”18)
Pemahaman tentang pendidikan Islam dapat diawali dari penelusuran pengertian pendidikan Islam, sebab dalam pengertian itu terkandung indikator-indikator esensial. Istilah pendidikan dalam Islam dapat diambil dari bahasa dan istilah. Dari sudut pandang bahasa, pendidikan Islam berasal dari khazanah istilah bahasa Arab. Ada tiga istilah yang relevan yang dapat menggambarkan konsep dan aktivitas pendidikan Islam, yaitu: al-ta’dib, al-ta’lim, al-tarbiyah. 19)
Dalam bukunya Abdul Mujib bahwa ta’dib, sebagai upaya dalam pembentukan adab (tata krama), terbagi atas empat macam: pertama, ta’dib adab al-haqq, pendidikan tata krama spiritual dalam kebenaran, yang memerlukan pengetahuan tentang wujud kebenaran, yang di dalamnya segala yang ada memiliki kebenaran tersendiri dan yang dengannya segala sesuatu diciptakan. Kedua, ta’dib adab al-khidmah, pendidikan tata krama spiritual dalam pengabdian. Sebagai seorang seorang hamba manusia harus mengabdi kepada sang raja (Malik) dengan menempuh tata krama yang pantas. Ketiga, ta’dib adab al-syari’ah, pendidikan tata krama spiritual dalam syariah, yang tata caranya telah digariskan oleh Tuhan melalui wahyu. Segala pemenuhan syari’ah Tuhan akan berimplikasi pada tata krama dalam persahabatan, berupa saling menghormati dan berperilaku mulia di antara sesama.20)
Sementara itu dari Dr. Abdul Fatah Jalal berpandangan lain. Istilah ta’lim menurutnya lebih relevan.21) Pendidikan dalam Islam yang artinya ta’lim adalah mengajar. Hal ini didasarkan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 151, yang berbunyi:
كما أرسلنافيكم رسولا منكم يتلوا عليكمءاياتنا ويزكيكم ويعلمكم الكتاب والحكمة ويعلمكم مالم تكونوا تعلمون (١٥١)
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui”.22)

Serta firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 129, yang berbunyi:
ربنا وابعث فهم رسولا منهم يتلوا عليهم ءاياتك ويعلمهم الكتاب والحكمة ويزكيهم إنك انت انت العزيز الحكيم (١٢٩)
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah (as-Sunah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuas lagi Maha Bijaksana”.23)

Islam dicerminkan dalam ayat 151 dan 129 surat al-Baqarah di atas memandang proses al-ta’lim lebih universal, sebab ketika mengajarkan tilawah al-Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak sekedar terbatas pada mengajarkan mereka membaca, melainkan membaca disertai dengan perenungan tentang pengertian, pemahaman, tanggung jawab, dan penanaman amanah.24)
Muhammad Rasyid Ridha mengartikan ta’lim dengan: “proses transmisi berbagai ilmi pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu”. Pengertian ini didasarkan atas firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 31 tentang ‘allama Tuhan kepada Nabi Adam As. Proses transmisi itu dilakukan secara bertahap sebagaimana Nabi Adam menyaksikan dan menganalisis asma’ (nama-nama) yang diajarkan oleh Allah kepadanya.25)
Sementara itu, menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi, istilah al-tarbiyah lebih tepat digunakan dalam konteks pendidikan Islam, tarbiyah berarti mendidik. Mendidik berarti mempersiapkan peserta didik dengan beragai cara, agar dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan baik, sehingga mencapai kehidupan sempurna di masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan mencakup pendidikan akal, kewarganegaraan, jasmaniah, akhlak, dan kemasyarakatan.26)
Jika istilah tarbiyah diambil dari fi’il madli¬-nya (robbayani) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, dan menjinakkan.27)
Menurut Fahr al-Razi, istilah rabbayani tidak hanya mencakup ranah kognitif, tapi juga afektif. Sementara Sayyid Quthub menafsirkan istilah tersebut sebagai pemeliharaan jasmani anak dan menumbuhkan kematangan mentalnya.28) Dua pendapat ini memberikan gambaran bahwa istilah tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan, yaitu: kognitif (cipta), afektif (rasa), dan psikomotorik (karsa) dan dua aspek pendidikan, yaitu jasmani dan rohani. Potensi jasmaniyah manusia adalah yang berkenaan dengan seluruh organ fisik manusia. Sedangkan yang berkenaan dengan seluruh potensi rohaniyah manusia itu meliputi kekuatan yang terdapat dalam batin manusia, yakni akal, qalbu, nafsu, dan roh.
Sebagaimana kita ketahui bahwa tugas pendidikan Islam ini merupakan realisasi dari pengertian tarbiyah (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi). Asumsi tugas ini adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut. Pendidikan berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi tersebut yang dimiliki oleh peserta didik.
Kita ketahui bahwa peserta didik ini adalah manusia. Sedang manusia dalam pandangan Islam merupakan perkaitan antara badan dan ruh, yang masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Selanjutnya agar kedua unsur tersebut (jasmaniah dan rohaniyah) dan berfungsi dengan baik dan produktif, maka perlu dibina dan diberikan bimbingan (pendidikan). Dalam hubungan ini pendidikan amat memegang peranan penting.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna. Kesempurnaan manusia dibuktikan dengan keberadaan akal fikiran atau kecerdasan (intelligence) dalam struktur tubuh manusia. Kecerdasan manusia memiliki kompleksitas yang sangat rumit dan canggih yang membedakannya dengan kecerdasan yang dimiliki oleh makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan.
Dalam diri manusia terdapat beraneka ragam kecerdasan (multiple intelligence) yang hingga kini masih menjadi bahan penelitian yang tiada habisnya bagi para ahli syaraf dan psikologi. Belakangan ditemukan beberapa jenis kecerdasan manusia, selain kecerdasan intelektual (IQ), yang telah lama diteliti orang, yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ), serta kecerdasan-kecerdasan yang lainnya.
Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi, seperti dalam definisi luar yang terangkum, bahwa benar adanya pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Selanjutnya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan mendidik, hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT, QS. Al-Baqarah 31:
بأسماء أبئوفى فقال المليكة على عرضهم ثم كلها الأسماء ءادم وعلم صادقين كنتم إن هؤلاء (٣١)
Artinya :
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”.

Secara fitrah, manusia sudah diciptakan untuk selalu mendapatkan pengetahuan melalui dididik maupun ketika mereka mendidik. Namun demikian manusia tetap harus menggali potensi yang ada dalam diri manusia sendiri, seperti QS. Al-Hujarat: 13:
لتعارفوا وقبائل شعوبا وجعلنكم وأنثى ذكرة من خلقنكم إنا الناسى يأيها خبير عليم الله إن اتقكم الله عند أكرمكم إن (١٣)
Artinya :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”.

Bahwa dalam pernyataan Allah tersebut menunjukkan potensi dasar yang merupakan bagian integral dari fitrah manusia, seperti pendengaran, penglihatan, akal fikiran sebagai sumber daya manusia (SDM), berbangsa-bangsa dan bersuku-suku sebagai potensi sosial. Semua itu baru bermakna bagi kehidupan manusia apabila manusia mau mensyukurinya dalam artian mampu menggunakannya dengan baik, memelihara dan meningkatkan daya gunanya.29)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar