Kamis, 29 Oktober 2009

Pemimpin Masa Depan

Hari-hari belakangan ini, kita dengan pedih melihat beragam kontes yang memperlihatkan kualitas dan mental pemimpin kita, yang cenderung berpikir parsial dan tidak berpijak pada masa depan. Kita melihat sebuah permainan aneh. Misalnya, hanya karena harga BBM turun tiga kali, lalu pemerintah dianggap berhasil dan prorakyat.
Kita juga menyaksikan betapa berapi-apinya seorang capres mengucapkan misinya untuk menyediakan sembako murah kepada rakyat. Atau, seorang calon presiden yang dengan gagahnya merasa pilu dengan kondisi ekonomi saat ini dan berjanji akan mengembalikan minyak-minyak murah kepada rakyat.

Sabtu, 31 Januari 2009

TEORI KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD

MENGENAL FREUD


Sigmund freud lahir tanggal 6 Mei 1856 di kota kecil Freiberg, wilayah Moravia, Ayahnya adalah seorang pedagang wool dengan pikiran maju dan rasa humor yang baik. Ibunya seorang wanita yang aktif dan merupakan istri kedua bapaknya dengan usia 20 tahun lebih muda. Ibunya melahirkan anak pertama pada usia 21 tahun, yaitu Sigmund. Sigmund punya dua orang saudara seayah yang lebih tua darinya dan enam saudara sekandung. Waktu dia berusia 4 atau 5 tahun, keluarganya pindah ke Wina di mana dia menghabiskan sebagian besar hidupnya.


Gerald Corey dalam "Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy" menjelaskan bahwa dalam hidupnya, ia ditempa oleh seorang ayah yang sangat otoriter dan dengan uang yang sangat terbatas, sehingga keluarganya terpaksa hidup berdesakan di sebuah apartemen yang sangat sempit, namun demikian orang tuanya tetap berusaha untuk memberikan motivasi terhadap kapasitas intelektual yang tampak jelas dimiliki anak-anaknya.


Sebagai anak yang cerdas dan selalu mendapat nilai tertinggi di kelasnya, Freud melanjutkan pendidikan ke sekolah kedokteran, salah satu pilihan bergengsi bagi anak-anak Yahudi yang pintar di Wina kala itu. Semasa kuliah, dia terlibat dalam berbagai penelitian di bawah arahan profesor fisiologi bernamaErnst Brucke. Brucke meyakini sebuah konsep yang kemudian sangat populer, kalau bukan radikal, sebuah konsep yang kita kenal saat ini dengan reduksionisme:"tidak ada kekuatan lain yang aktif di dalam organisme yang hidup selain kekuatan fisikal-kimiawi". Selama bertahun-tahun, Freud juga berusaha "mereduksi" kepribadian menjadi neurologi, walaupun dia akhirnya menyerah dengan usahanya ini.


Sebagian besar hidup Freud diabdikan untuk memformulasikan dan mengembangkan tentang teori psikoanalisisnya. uniknya, saat ini sedang mengalami problem emosional yang sangat berat adalah saat kretifitasnya muncul. Pada umur paro pertama empat puluhan, ia banyak mengalami bermacam-macam psikomatik, juga rasa nyeri akan datangnya maut dan fobi-fobi lain. DEngan mengeksplorasi makna mimpi-mimpinya sendiri, ia mendapat pemahaman tentang dinamika perkembangan kepribadian seseorang.


sigmund Freud dikenal juga sebagai tokoh yang kreatif dan produktif. Ia juga menghabiskan waktunya 18 jam sehari untuk menulis karya-karyanya, dan karya tersebut terkumpul sampai 24 jilid. Bahkan ia tetap produktif pada usia senja. Karena karya dan produktifitasnya itu, Freud dikenal bukan hanya sebagai pencetus psikoanalisis yang mencuatkan namanya sebagai intelektual, tapi juga telah meletakkkan teknik baru untuk bisa memahami perilaku manusia. Hasil usahanya itu adalah sebuah teori kepribadian dan psikoterapi yang sangat komprehensif di bandingkan dengan teori serupa yang pernah dikembangkan.


Freud sangat saksama dalam melakukan riset. Fokus utamanya adalah neurofisiologi, bahkan dia pernah mencoba menciptakan tehnik khusus untuk merangsang sel otak. Brucke juga membantu dia mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya, pertama dengan psikiatris terkenal Charcot di Paris, kemudian dengan lawan Brucke sendiri, Bernheim di Nancy. Kedua ahli ini sama-sma sedang menyelidiki metode hipnotis untuk pengidap histeria.


Setelah beberapa lama membuka praktik neurologi dan direktur sebuah taman kanak-kanak di Berlin, dia kembali ke Wina dan menikah dengan Martha Bernays yang telah bertunangan dengannya beberapa tahun sebelumnya. Di sini dia mulai membuka praktik neuropsikiatri dengan bantuan Joseph Breuer.


Buku-buku dan kuliah-kuliah Freud membuat dia tersisihkan dari arus utama kalangan kedokteran waktu itu. Dia hanya memiliki beberapa kolega yang bersimpati padanya yang kemudian menjadi inti dari perkembangan psikoanalisis. Sayangnya, dia punya sifat menolak orang-orang yang tidak sepenuhnya sepakat dengan pendapatnya. Ada yang menganggap ini harus dipisahkan dari prinsip persahabatan yang dia pakai, ada pula yang tidak menganggapnya demikian dan terus bersaing dengannya dalam hal pemikiran.


Dalam dunia pendidikan pada masa itu, Sigmund Freud belum seberapa populer. Menurut A. Supratika, nama Freud baru dikenal pertama kalinya dalam kalangan psikologi akademis pada tahun 1909, ketika ia diundang oleh G. Stanley Hall, seorang sarjana Psikologi Amerika, untuk memberikan serangkaian kuliah di universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Pengaruh Freud di lingkungan psikologi baru terasa sekitar tahun 1930-an. Akan tetapi Asosiasi Psikoanalisis Internasional sudah terbentuk tahun 1910, begitu juga dengan lembaga pendidikan psikoanalisis sudah didirikan di banyak negara.


Freud pindah ke Inggris sesaat sebelum Perang Dunia II pecah, karena Wina sudah tidak aman lagi bagi orang Yahudi, khususnya yang terkenal seperti Freud. Tidak lama setelah itu, dia meninggal di London pada tanggal 23 september 1939 karena kanker mulut dan rahang yang telah diidapnya selama lebih kurang 20 tahun.


Senin, 19 Januari 2009

E-LEARNING

E- LEARNING

E-learning mengandung pengertian yang luas sehingga banyak pakar yang mncoba mendefinisikan istilah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:

Allan. J. henderson berpendapat bahwa elearning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan tehnologi komputer, atau biasanya Internet.(The e-leraning Question and answer book 2003).

William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web ( yang biasa diakses lewat Internet).

Sedangkan Darin E. Hartley(Hartley,2001) menjelaskan, E-learning adalah suatu jenis belajr yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kesiswa dengan menggunakan media internet, atau media jaringan lainnya.

Learnframe.com dalam Glossary of E-learning Terms(Glossary,2001) menyatakan suatu definisi bahwa E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer stand alone.

Dalam sebuah blog penulis juga menemukan pengertian dari istilah E-learning, disitu dituliskan bahwa E-learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.

Ada juga yang menyebutkan pengertian bahwa, E-learning adalah proses pembelajaran yang menggunakan komputer, jaringan, perangkat lunak pengajaran yang dilengkapi dengan fasilitas komunikasi, pemantauan, dan evaluasi.

Ada beberapa poin yang harus diperhatikan oleh para pelaksana E-learning ini agar kegiatan tersebut bisa optimal, diantaranya:
1. Tujuan
2. Pembelajaran
3. Dukungan
4. Pilih yang dirasa perlu

Ada beberapa keuntungan yang ditawarkan bila menggunkan E-Learning, diantaranya:

1. Menghemat waktu proses belajar mengajar
2. Mengurangi biaya perjalanan
3. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan(infrastuktur, peralatan, dan buku-buku)
4. Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
5. Melatih pembelajaran lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Aplikasi E-Learning dari masa ke masa:

1. 1990 dalam hal ini masih menggunakan CBT (computer based training) kemasannya berupa CD-Room.
2. 1994 sudah berupa paket-paket CBT yang menarik(internet)
3. 1997 sudah berupa LMS (learning management system)
4. 1999 pada masa ini aplikasi E-Learning berbasis Web.

Strategi pengembangan E-Learning:

Pada hakekatnya pengembangan E-Learning adalah sama dengan strategi pengembangan perangkat lunak, karena E-Learning adalah perangkat lunak.
1. Requiement analysis and spesifikation
2. Design
3. Coding
4. Testing
5. Mainte nance

Pengembangan E-Learning:

1. Informasi tentang unit-unit terkait dengan proses belajar mengajar.

a. Tujuan dan sasaran
b. Silabus
c. Metode pengajaran
d. Jadwal kuliah
e. Tugas
f. Jadwal ujian
g. Daftar referensi taua bahan bacaan
h. Profil dan kontak pengajaran

2. Kemudahan akses kesumber referensi

a. Diktat dan catatan kuliah
b. Bahan presentasi
c. Contoh ujian yang lalu
d. Frequently asked questions
e. Sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas
f. Situs-situs bermanfaat
g. Artikel-artikel dala jurnal online

3. Komunikasi dalam kelas

a. Forum diskusi online
b. Mailing list diskusi
c. Papan informasi

4. Saran untuk melakukan kerja kelompok

a. Sarana untuk sharing file dan direktori dalam kelompok
b. sarana diskusi untuk mengerjakan tugas dalam kelompok

5. Sistem ujian online dan pengumpulan feedback.

Lebih jelas lagi mengenai E-Learning kami menemukan keterangan tersebut dalam web ini (http://en.wikipedia.org/wiki/Electronic_learning) Pembelajaran elektronik (e-Learning atau eLearning) adalah jenis didukung Teknologi pendidikan / pembelajaran (TSL) dimana media instruksi adalah teknologi komputer. Dalam beberapa kasus, tidak ada dalam orang-interaksi berlangsung. E-learning interchangeably digunakan dalam berbagai konteks. Dalam perusahaan, ia merujuk kepada strategi perusahaan yang menggunakan jaringan untuk memberikan pelatihan kepada karyawan. Di Amerika Serikat, ini didefinisikan sebagai rencana pengajaran / pengalaman belajar yang menggunakan spektrum yang luas dari teknologi, terutama internet atau berbasis komputer, untuk menjangkau peserta didik. Akhir-akhir ini di sebagian besar Perguruan Tinggi, e-learning digunakan untuk menentukan modus khusus untuk mengikuti kursus atau program studi dimana siswa jarang, jika pernah, hadir tatap muka di kampus untuk akses ke fasilitas pendidikan, karena mereka belajar secara online.

Contents [hide] 1 Pasar 2 Pertumbuhan e-learning 3 Teknologi 4 Layanan 5 Tujuan dari e-learning 5,1 Computer-based learning 5,2 pelatihan berbasis Komputer 5,3 Komputer didukung bersama-learning (CSCL) 6 Pedagogical elemen 7 Pedagogical pendekatan atau perspektif 8 Reusability, standar dan pembelajaran benda 9 Komunikasi teknologi yang digunakan dalam e-learning 10 E-Learning 2,0 Komputer 11-dibantu penilaian dan belajar desain 12 Keuntungan eLearning versus tradisional pengaturan ruang kelas

[sunting] Pasar Di seluruh dunia industri e-learning diperkirakan akan bernilai lebih dari tiga puluh delapan (38) miliar euro menurut perkiraan konservatif, walaupun dalam Uni Eropa hanya sekitar 20% dari e-learning produk yang dihasilkan di pasar umum [1]. Perkembangan internet dan teknologi multimedia adalah dasar enabler e-learning, dengan konten, teknologi dan layanan dikenali sebagai tiga sektor utama dari e-learning industri. [2]

[sunting] Pertumbuhan e-learning Tahun 2006, hampir 3,5 juta siswa yang berpartisipasi dalam on-line belajar di lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat. [3] Banyak pendidikan tinggi, untuk lembaga-laba, sekarang menawarkan kelas on-line. Dengan kontras, hanya sekitar setengah dari swasta, nirlaba menawarkan sekolah mereka. Sloan yang lapor, berdasarkan jajak pendapat akademik pemimpin, mengatakan bahwa siswa yang akan muncul umumnya setidaknya sebagai puas dengan on-line sebagai kelas mereka dengan yang tradisional. Swasta dapat menjadi lebih terlibat dengan presentasi on-line karena biaya instituting suatu sistem berkurang. Benar staf juga harus direkrut untuk bekerja dengan siswa secara on-line. Para anggota staf perlu memahami isi daerah, dan juga sangat terlatih dalam menggunakan komputer dan internet. Online pendidikan meningkat pesat, dan online program doktoral bahkan ada penelitian yang dikembangkan di perguruan tinggi. [4].

[sunting] Teknologi Seawal tahun 1993, Graziadei, WD [5] dijelaskan secara online komputer disampaikan ceramah, tutorial dan penilaian proyek elektronik menggunakan Mail, dua VAX Catatan konferensi dan menggali / Lynx [6] bersama-sama dengan beberapa perangkat lunak program yang diizinkan siswa dan guru untuk menciptakan Kelas Virtual instruksional yang di Lingkungan Sains (VICES) dalam Penelitian, Pendidikan, Layanan & Pengajaran (REST). [4] Pada tahun 1997 Graziadei, WD, et al., [7] menerbitkan artikel berjudul "Membangun Asynchronous dan sinkronis Lingkungan Teaching-Learning: Exploring a Course / Kelas Management System Solution". [5] Mereka dijelaskan proses di State University of New York (SUNY) dari produk dan mengevaluasi secara keseluruhan mengembangkan sebuah strategi untuk teknologi berbasis saja pembangunan dan manajemen dalam belajar-mengajar. Produk (s) harus mudah digunakan, dan memelihara, portable, replicable, scalable, dan segera terjangkau, dan mereka harus memiliki tingkat kemungkinan sukses jangka panjang dengan biaya-efektivitas. Saat ini banyak teknologi bisa, dan, yang digunakan dalam e-Learning, dari blog ke perangkat lunak kolaboratif, ePortfolios, dan kelas virtual. Kebanyakan situasi eLearning menggunakan kombinasi teknik ini. Seiring dengan istilah teknologi pembelajaran, teknologi instruksional, dan Teknologi Pendidikan, istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk kepada penggunaan teknologi dalam belajar dalam arti lebih luas dibandingkan dengan pelatihan berbasis komputer atau Computer dibantu Instruksi dari tahun 1980-an. Ia juga lebih luas dibandingkan dengan istilah atau Online Learning Online Pendidikan yang murni umumnya merujuk ke web-based learning. Dalam kasus di mana teknologi selular yang digunakan, istilah F-learning telah menjadi lebih umum. E-learning, namun juga memiliki implikasi luar hanya merujuk kepada teknologi dan pembelajaran yang sebenarnya yang terjadi dengan menggunakan sistem ini. E-learning adalah alami cocok untuk jarak jauh dan fleksibel belajar, tetapi juga dapat digunakan bersama-sama dengan tatap muka mengajar, dalam hal ini istilah blended learning umumnya digunakan. E-Learning pelopor Bernard Luskin berpendapat bahwa "E" harus dipahami memiliki arti luas jika e-Learning adalah untuk lebih efektif. Luskin mengatakan bahwa "e" harus diinterpretasikan ke berarti menarik, energik, antusias, emosional, diperpanjang, sangat baik, dan pendidikan di samping "elektronik" yang merupakan interpretasi tradisional nasional. Interpretasi yang lebih luas ini memungkinkan aplikasi untuk abad ke-21 dan membawa belajar psikologi dan media ke dalam equation. [Kutipan diperlukan] Khususnya dalam pendidikan tinggi, semakin meningkatnya kecenderungan untuk membuat sebuah Virtual Learning Environment (VLE) (yang kadang-kadang dikombinasikan dengan Sistem Informasi Manajemen (MIS) untuk membuat Managed Learning Environment) di mana semua aspek program studi yang di-melalui konsisten user interface standar seluruh institusi tersebut. J pertumbuhan jumlah fisik perguruan tinggi, serta baru-online hanya akademi, mulai menawarkan pilih rangkaian gelar akademik dan sertifikat program melalui internet di berbagai tingkat dan dalam berbagai disiplin ilmu. Sementara beberapa program memerlukan siswa untuk menghadiri beberapa kampus kelas atau orientations, banyak yang disampaikan sepenuhnya online. Selain itu, beberapa perguruan tinggi menawarkan siswa mendukung layanan online, seperti online advising dan pendaftaran, e-konseling, membeli buku online, siswa dan siswa pemerintah koran. e-Learning juga dapat merujuk ke situs web pendidikan seperti yang menawarkan skenario belajar, latihan kerja dan interaktif untuk anak-anak. Istilah juga digunakan secara luas dalam sektor usaha dimana umumnya merujuk ke hemat biaya training online.

[sunting] Layanan E-learning layanan tersebut telah berkembang sejak komputer pertama kali digunakan dalam dunia pendidikan. Ada kecenderungan untuk bergerak ke arah layanan dijus belajar, di mana komputer berbasis kegiatan terpadu dengan praktis atau kelas berbasis situasi.

[sunting] Tujuan dari e-learning E-Learning pelajaran umumnya dirancang untuk membimbing siswa melalui informasi atau untuk membantu siswa dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Informasi berbasis e-Learning konten berkomunikasi informasi kepada siswa. Contohnya termasuk konten yang mendistribusikan atau fakta sejarah yang terkait dengan layanan, perusahaan, atau produk. Dalam informasi berbasis konten, tidak ada keahlian khusus untuk belajar. Dalam performa berbasis konten, pelajaran yang membangun dari sebuah acara di mana kemampuan siswa diharapkan untuk meningkatkan keahlian.

[sunting] Computer-based learning Computer Based Learning, kadang-kadang disingkat ke Cbl, merujuk pada penggunaan komputer sebagai komponen kunci dari pendidikan lingkungan. Sementara ini bisa mengacu pada penggunaan komputer di kelas, istilah yang lebih luas merujuk ke struktur di lingkungan komputer yang digunakan untuk tujuan pengajaran. Konsep ini umumnya dianggap sebagai yang berbeda dari penggunaan komputer dalam pembelajaran adalah cara di mana setidaknya sekeliling elemen pengalaman (misalnya permainan komputer dan web browsing).

[sunting] Komputer pelatihan berbasis Bagian ini memerlukan tambahan citations untuk verifikasi. Harap membantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang handal. Unsourced bahan mungkin cacat dan dibuang. (September 2007) Pelatihan berbasis komputer (CBT) adalah layanan di mana siswa belajar oleh pelaksana program pelatihan khusus pada komputer yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. CBT sangat efektif untuk pelatihan masyarakat untuk menggunakan aplikasi komputer karena program CBT dapat diintegrasikan dengan aplikasi agar siswa dapat menggunakan aplikasi praktek karena belajar.

Secara historis, pertumbuhan CBTs telah terhambat oleh sumber daya yang sangat diperlukan: sumber daya manusia untuk membuat CBT program, perangkat keras dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankannya. Namun, peningkatan daya komputer PC, dan terutama tumbuh prevalensi komputer dilengkapi dengan CD-ROM, CBT adalah dengan membuat pilihan yang lebih bersemangat untuk individu dan perusahaan sejenis. Banyak aplikasi PC sekarang datang dengan beberapa bentuk CBT sederhana, yang sering disebut tutorial. Pelatihan berbasis web (WBT) adalah jenis pelatihan yang sama dengan CBT, namun itu disampaikan melalui internet menggunakan web browser. Pelatihan berbasis web yang sering termasuk metode interaktif, seperti papan buletin, obrolan kamar, pesan instan, videoconferencing, benang dan diskusi. Pelatihan berbasis web biasanya diri-tanggung media belajar walaupun beberapa sistem online digunakan untuk menguji dan evaluasi pada waktu tertentu.

[sunting] Komputer-didukung kolaboratif learning (CSCL) "Computer-didukung kolaboratif learning (CSCL) merupakan salah satu yang paling menjanjikan inovasi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dengan bantuan modern, teknologi informasi dan komunikasi. Collaborative atau kelompok belajar instruksional merujuk ke metode dimana siswa didorong atau diwajibkan untuk bekerja sama dalam belajar tugas. Hal ini sangat setuju untuk membedakan kolaborasi belajar dari tradisional 'langsung' model instruktur yang dianggap distributor pengetahuan dan keterampilan. "Lehtinen dkk.

[sunting] Pedagogical elemen Pedagogical elemen adalah sebagai upaya untuk menentukan struktur atau satuan pendidikan. Sebagai contoh, ini bisa menjadi pelajaran, sebuah tugas, sebuah pertanyaan pilihan ganda, sebuah kuis, diskusi kelompok, atau studi kasus. Unit ini harus format independen, sehingga meskipun mungkin akan dilaksanakan di salah satu cara berikut, pedagogis struktur tidak termasuk sebuah buku, halaman web, video konferensi atau Podcast.
Ketika mulai membuat konten e-Learning, pendekatan pedagogi yang harus dievaluasi. Sederhana pendekatan pedagogis memudahkan untuk membuat konten, namun tidak memiliki fleksibilitas, kekayaan dan fungsionalitas hilir. Di sisi lain, pendekatan pedagogis kompleks bisa sulit untuk menyiapkan dan lambat untuk mengembangkan, namun mereka memiliki potensi untuk memberikan pengalaman pembelajaran lebih menarik bagi siswa. Somewhere ini ekstrem antara ideal adalah pedagogi yang memungkinkan pendidik tertentu efektif untuk membuat bahan-bahan pendidikan sambil menyediakan pengalaman pendidikan paling menarik bagi siswa. [sunting] Pedagogical pendekatan atau perspektif Kemungkinan untuk menggunakan berbagai pendekatan pedagogis untuk eLearning yang meliputi:
instruksional desain - tradisional pedagogi dari kurikulum pengajaran yang terfokus, dan dikembangkan oleh sentralisasi pendidikan kelompok atau satu guru. sosial-constructivist - pedagogi ini sangat baik afforded dengan menggunakan forum diskusi, blog, wiki dan kolaborasi on-line kegiatan. Ini merupakan pendekatan kolaboratif yang terbuka untuk pembuatan konten pendidikan yang lebih luas termasuk kelompok siswa itu sendiri. Laurillard dari percakapan Model [8] juga terutama relevan untuk eLearning, dan Gilly Salmon dari Lima-Tahap Model merupakan pendekatan pedagogis penggunaan papan diskusi [9]. Perspektif kognitif berfokus pada kognitif yang terlibat dalam proses belajar serta bagaimana otak bekerja. [10] Perspektif emosional berfokus pada aspek-aspek emosional belajar, seperti motivasi, keterlibatan, menyenangkan, dan sebagainya [11] Perilaku perspektif yang berfokus pada keterampilan dan perilaku hasil dari proses pembelajaran. Peran-permainan dan aplikasi yang di-the-job pengaturan. [12] Kontekstual perspektif berfokus pada aspek sosial dan lingkungan yang dapat merangsang belajar. Interaksi dengan orang lain, penemuan kolaboratif dan pentingnya dukungan dari rekan serta tekanan. [13] [sunting] Reusability, standar dan pembelajaran benda Banyak upaya telah dimasukkan ke dalam teknis ulang elektronik yang berbasis materi dan khususnya membuat atau kembali menggunakan Belajar Objek. Ini adalah unit yang mandiri yang benar tagged dengan kata kunci, atau lainnya metadata, dan sering disimpan dalam format file XML. Membuat saja memerlukan meletakkan bersama berurutan belajar benda. Ada baik eksklusif dan terbuka, non-komersial dan komersial, rekan-memeriksa repositori belajar benda seperti Merlot repositori. Format standar umum untuk e-learning konten SCORM sedangkan spesifikasi lainnya yang digunakan untuk transportasi dari "belajar benda" (Sekolah Interoperabilitas Framework) atau categorizing meta data (LOM). Standar ini sendiri akan jatuh tempo pada awal proses dengan yang tertua 8 tahun. Mereka juga relatif vertikal spesifik: SIF adalah terutama PK-12, terutama adalah LOM Corp, Militer Tinggi dan Ed, dan SCORM adalah Militer dan terutama dengan beberapa Corp Tinggi Ed. PESC-the-Pasca Pendidikan Menengah Standarisasi-Council juga membuat kemajuan dalam mengembangkan standar dan objek belajar untuk Higher Ed ruang, sementara SIF mulai serius tobat instruksional dan Kurikulum belajar benda. In the US pK12 ruang terdapat serangkaian standar isi yang penting juga di-NCES data standar adalah contoh utama. Setiap negara pemerintah konten dan standar pencapaian standar metadata yang sangat penting untuk menghubungkan e-learning objek dalam ruang. Contoh yang sangat baik dari e-learning yang berkaitan dengan manajemen pengetahuan dan reusability adalah Navy E-Learning yang tersedia untuk aktif Tugas, Retired, atau Nonaktifkan Militer anggota. Ini on-line tool menyediakan sertifikat kursus untuk memperkaya pengguna dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan pelatihan militer dan sipil keahlian. E-learning tidak hanya menyediakan sistem tujuan belajar, tetapi juga menilai kemajuan proses kredit dan siswa dapat belajar yang tinggi terhadap lembaga. Kembali ini adalah contoh yang sangat baik pengetahuan ingatan dan berhubung dgn putaran proses transfer ilmu pengetahuan dan penggunaan data dan catatan.

[sunting] Komunikasi teknologi yang digunakan dalam e-learning Teknologi komunikasi pada umumnya yang dikategorikan asynchronous atau sinkronis. Asynchronous kegiatan menggunakan teknologi seperti blog, wiki, dan papan diskusi. Ide di sini adalah bahwa peserta Mei terlibat dalam pertukaran ide atau informasi tanpa ketergantungan keterlibatan peserta lainnya pada saat yang sama. Surat elektronik (Email) juga asynchronous dalam surat yang dapat dikirim atau diterima tanpa kedua-dua peserta keterlibatan pada saat yang sama. Sinkronis kegiatan melibatkan pertukaran ide dan informasi dengan satu atau lebih peserta yang sama selama jangka waktu tertentu. J muka dengan muka diskusi adalah contoh komunikasi sinkronis. Sinkronis kegiatan terjadi dengan semua peserta bergabung dalam sekaligus, karena secara online dengan sesi chatting atau virtual kelas atau rapat. Virtual kelas dan pertemuan dapat sering menggunakan gabungan teknologi komunikasi. Dalam banyak model, penulisan masyarakat dan saluran komunikasi yang berhubungan dengan E-learning dan F-learning masyarakat. Kedua masyarakat memberikan umum dasar model pembelajaran dan kegiatan yang diperlukan untuk para peserta untuk mengikuti sesi pembelajaran di seluruh kelas virtual atau bahkan di seluruh standar kelas diaktifkan oleh teknologi. Banyak kegiatan penting bagi peserta didik dalam lingkungan ini, memerlukan sering chatting sesi dalam bentuk virtual kelas dan / atau blog rapat.

[sunting] E-Learning 2,0 Istilah e-Learning 2,0 [14] [15] yang digunakan untuk merujuk kepada cara-cara baru berpikir tentang e-learning terinspirasi dengan munculnya Web 2.0 [16]. Dari e-Learning 2,0 perspektif, konvensional sistem e-learning yang berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet. Peran siswa dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Tugas yang dinilai oleh guru. Sebaliknya, e-learning tempat peningkatan penekanan pada sosial pembelajaran dan penggunaan perangkat lunak sosial seperti blog, wiki, podcast dan dunia maya seperti Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail Belajar [17] 10 tahun pertama dari e-learning (e-learning 1.0) yang berfokus pada penggunaan internet untuk replikasi instruktur yang dipimpin pengalaman. Konten ini dirancang untuk mengarahkan peserta didik melalui suatu konten, menyediakan berbagai-lamanya dan meningkatkan interaksi set, pengalaman, penilaian, dan simulasi. E-learning 2.0, oleh kontras (patterned setelah Web 2.0) dibangun sekitar kolaborasi. E-learning 2,0 menganggap bahwa pengetahuan (seperti makna dan pemahaman) yang dibangun oleh masyarakat. Pembelajaran terjadi melalui percakapan tentang konten dan berdasar interaksi tentang masalah dan tindakan. Advokasi sosial belajar menyatakan bahwa salah satu cara terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah untuk mengajarkan kepada orang lain. [18]

ETwinning portal yang ditawarkan oleh Eropa schoolnet adalah salah satu dari Eropa terbesar eLearning proyek, yang terdiri dari 50.000 guru yang terdaftar di seluruh Eropa. Hal ini didanai oleh Komisi Eropa dari Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, dan memiliki jaringan dari 22 Nasional Support Services, sebagian besar dioperasikan oleh Departemen Pendidikan Nasional di Uni Eropa. Sebagai contoh lain, Second Life baru-baru ini telah menjadi salah satu ruang kelas virtual yang digunakan di lingkungan universitas, termasuk University of Edinburgh (Inggris) Princeton University (USA), Rice University (AS), University of Derby (Inggris), Vassar College ( AS), University of Plymouth (Inggris) dan Universitas Terbuka (Inggris), [19]. Second Life di tahun 2007 mulai digunakan untuk pelajaran bahasa asing [20]. Kedua Second Life dan kehidupan nyata bahasa pendidik mulai menggunakan dunia maya untuk pelajaran bahasa. Bahasa Inggris (sebagai bahasa asing) telah ikut serta hadir melalui beberapa sekolah, termasuk British Council proyek yang difokuskan pada Remaja Kotak. Jerman budaya lembaga Goethe-Institut memulai sebuah pulau pada 2008 [21], bahasa Spanyol dan budaya lembaga "Instituto Cervantes" memiliki pulau di Second Life. Daftar proyek pendidikan (termasuk beberapa sekolah bahasa) di Second Life dapat ditemukan di situs SimTeach. SLanguages 2008 adalah 2. Konferensi tahunan menggunakan bahasa pendidikan dunia maya seperti Second Life. Acara berlangsung di Second Life di EduNation pulau. Selain itu, Mobile Assisted Language Learning (MALL) adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan menggunakan komputer genggam atau ponsel untuk membantu dalam pembelajaran bahasa. Juga terdapat peningkatan penggunaan kelas virtual (online presentasi disampaikan hidup) sebagai platform belajar online dan kelas yang beragam untuk menetapkan pendidikan selular seperti Fox Sekolah Bisnis untuk Templer University, Grade Grow, Minnesota State Colleges and Universities, BenAstrum Pusat of Regulatory eTraining, dan kepala suku [22] [23] [24] [25]. Webex adalah Cisco Web Rapat dan Kolaborasi Solution. Platform yang telah bekerja untuk institusi pendidikan karena kolaborasi real-time menggunakan papan tulis interaktif, chat, dan VOIP teknologi yang memungkinkan pengiriman audio dan video sharing. Dalam situasi jarak jauh, sementara mengganti kelas dengan fitur, lembaga juga memiliki fitur keamanan untuk inherently yang kuat dalam kolaborasi Cisco powered lingkungan. The downside is that Webex tidak gratis platform seperti WiZiQ atau Moodle, dan biaya dibayar per 'host' dari kelas atau rapat. Lain real-time kolaborasi selular membuat kemajuan adalah WebTrain. Teknologi yang di Sekolah Roundtable, grup yang mewakili lebih dari 70 Kanada dan US sekolah bisnis [26], mengumumkan program untuk mereka AACSB terakreditasi anggota dan berafiliasi akademi dan universites menggunakan WebTrain fakultas untuk rapat, pertemuan asosiasi siswa, tinggal kelas virtual, rumah bantuan, tutoring, bantuan bantuan guru, siswa dan dukungan teknis remote control, kuliah broadcast, papan rapat, laboratorium virtual dan anonymous narkoba, pemerkosaan dan konseling depresi. [27] Pengumuman dinyatakan TBS akan membantu anggota sekolah bisnis dan universitas terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan rollout bantuan untuk membantu meningkatkan keberhasilan inisiatif e-learning. Pengumuman dinyatakan WebTrain juga akan menyediakan layanan hosting gratis untuk sekolah dan usaha mereka yang terkait college atau universitas untuk tahun fiskal sekolah untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan keuangan menggunakan perusahaan kelas host layanan. [Kutipan diperlukan]

[sunting] Komputer-dibantu penilaian dan belajar desain Dibantu komputer Assessment (tetapi juga kurang umum disebut sebagai E-assessment), mulai dari otomatis beberapa pilihan tes ke sistem yang lebih canggih semakin umum. Dengan beberapa sistem, umpan balik dapat diarahkan pada siswa khusus kesalahan atau komputer dapat menavigasi siswa melalui serangkaian pertanyaan beradaptasi dengan apa yang muncul untuk siswa belajar atau tidak belajar. Contoh-contoh yang terbaik mengikuti perkembangan Assesment struktur dan dipanggil "Online formatif Assesment". Ini melibatkan membuat sebuah awal formatif penilaian oleh sifting jawaban yang salah. Penulis / guru akan menjelaskan apa yang harus dilakukan murid dengan setiap pertanyaan. Maka ia akan memberikan murid setidaknya satu di setiap praktek sedikit variasi sifted out pertanyaan. Ini adalah tahap formatif belajar. Tahap berikutnya adalah dengan membuat Summative Assesment oleh baru menetapkan pertanyaan hanya meliputi topik yang diajarkan sebelumnya. Beberapa bahkan akan membawa ini lebih lanjut dan ulangi siklus seperti BOFA [6] yang ditujukan pada Eleven plus ujian ditetapkan di Inggris. Istilah pembelajaran memiliki desain terkadang datang untuk merujuk pada jenis kegiatan diaktifkan oleh perangkat lunak seperti sistem buka-sumber LAMS [7] yang mendukung urutan kegiatan yang dapat kedua adaptif dan kolaborasi. Rangka IMS Belajar Desain spesifikasi dimaksudkan sebagai format standar untuk belajar desain, dan IMS J LD Tingkat didukung dalam LAMS V2. [sunting] Keuntungan eLearning versus tradisional pengaturan ruang kelas eLearning besar untuk dapat memberikan manfaat bagi organisasi dan individu yang terlibat. Mengurangi dampak lingkungan: eLearning memungkinkan orang untuk menghindari perjalanan, sehingga mengurangi karbon keseluruhan output. [Kutipan diperlukan] Kenyataan yang terjadi di lingkungan virtual juga memungkinkan beberapa pengurangan penggunaan kertas. Dengan catatan, bukan virtual kertas catatan dan penilaian online, bukan kertas penilaian, eLearning adalah solusi lebih ramah lingkungan. Kualitas pendidikan, dibuat terjangkau: Kenyataan bahwa pemberi kaliber tertinggi dapat berbagi pengetahuan di perbatasan memungkinkan siswa untuk mengikuti kursus di fisik, politik, ekonomi dan batas. Diakui ahli memiliki kesempatan untuk membuat informasi tersedia secara internasional, untuk siapapun yang tertarik pada biaya minimum. Hal ini dapat secara drastis mengurangi biaya pendidikan tinggi, sehingga lebih terjangkau dan dapat diakses oleh rakyat. Koneksi internet, komputer, dan proyektor akan membuat seluruh kelas di dunia ketiga universitas untuk memperoleh manfaat dari pengetahuan tentang pendapat pemimpin. [Kutipan diperlukan] Kemudahan dan fleksibilitas kepada peserta didik: dalam banyak konteks, eLearning adalah diri-tips belajar dan sesi yang tersedia 24x7. Peserta didik tidak terikat tertentu hari / waktu untuk menghadiri kelas secara fisik. Mereka juga dapat menghentikan sebentar sesi belajar mereka kenyamanan.

Minggu, 18 Januari 2009

QUANTUM LEARNING


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengingat bahwa pendidikan adalah ilmu normatif, maka fungsi institusi pendidikan adalah menumbuh-kembangkan subyek didik ke tingkat yang normatif lebih baik, dengan cara/jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Disebut subyek didik karena peserta didik bukan merupakan obyek yang dapat diperlakukan semaunya pendidik, bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan harkat kemanusiannya.
Menurut Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindasnya. Dunia dan realitasnya bukan "sesuatu yang ada dengan sendirinya", dan karena itu "harus diterima menurut apa adanya", sebagai suatu takdir atau nasib yang tak terelakkan. Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya cipta, dan itu berarti manusia mampu memahami keberadaan dirinya. Oleh karena itu, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri, dan harus mampu mendekatkan manusia dengan lingkungannya.
Adanya beberapa bentuk kekerasan dalam pendidikan yang masih merajalela merupakan indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Di sinilah urgensi humanisasi pendidikan. Humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.

Dalam konteks untuk menemukan konsep pendidikna Islam ideal, maka menjadi tanggung jawab moral bagi setiap pakar muslim untuk membangun teori Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan. Islam sebagai paradigma penidikan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan paradigma-paradigma lainnya yang mendasari konsep pendidikan.
Adalah menjadi suatu keharusan ( a must ) khususnya bagi ilmuwan yang concern dalam bidang pendidikan umtuk merekonstruksi bangunan paradigma yang dapat dijadikan dasar bagi system pendidikan nasional. Alternatif paradigma Islam merupakan suatu pilihan yang bijak dalam kerangka mendasari paradigma pendidikan dengan dasar nilai-nilai Al-Qur’an.

Selain paradigma dengan dasar nilai-nilai Al-Qur’an, tentunya dibutuhkan teknik-teknik yang tepat untuk bisa menyampaikan makna dari setiap yang kita sampaikan pada anak didik. Dalam hal ini metode yang tepatlah yang bisa menyampaikan makna dari setiap materi yang kita sampaikan dengan baik. Salah satu tawaran yang diberikan akhir-akhir ini adalah metode Quantum Learning, yang mana prinsip dari metode Quantum Learning ini adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.
Dalam makalah ini akan mencoba mengupas; pengertian pendidikan Islam, pengertian dari metode Quantum Learning ini dan perkembangan Quantum Learning ini dalam pendidikan Islam

B. Rumusan Masalah

1. apakah pengertian Pendidikan Islam?
2. Apakah pengertian Metode Quantum Learning?
3. Pengembangan pemikiran Quantum Learning dalam Pendidikan Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam

1. Pendahuluan

Ada beberapa pendapat tentang pengertia Ilmu Pendidikan Islam, antara Lain:
Menurut Prof. H.M. arifin, M. Ed., Ilmu pendidikan Islam adalah studi tentang system dan proses kependidikan yang berdasarka Islam untuk mencapai produk atau tujuannya, baik studi secar teoritis maupun praktis (M. Arifin, 1991:14).
Menurut Achmadi, Ilmi Pendidikan Islam adalah ilmu yang mengkaji pandangan Islam tentang pendidikan dengan menafsirkan nilai-nilai Illahi dan mengkomunikasikan secar timbale-balik dengan fenomena-fenomena dalam situasi pendidikan (Achmadi, 1992: 5).
Menurut pendapat Widodo Supriyono, Ilmu pendidikan Isla adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan Islam, secara menyeluruh dan abstrak. Ilmu ;pendidikan Islam itu bersifat praktis dan teoritis.
Dalam Ilmu pendidikan Islam teoritis, diutarakan hal-hal yang bersifat normative, yakni yang menunju kepada standar nilai Islam. Oleh karena itu sistematika pokok kajiannya meliputi landasan dasar penddidikan Islam, fungsi pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan Islam.
Adapun untuk ilmu Pendidikan Islam yang bersifat praktis, maka sistematika pokok kajiannya meliputi pendidikan Islam di lingkungan Keluarga, pendidikan Islam di lingkungan sekolah, dan pendidikan Islam di lingkungan masyarakat.

2. Ilmu Pendidikan Islam Teoritis

a. Landasan Dasar Pendidikan Islam

Landasan dasar pendidikan Islam utamanya terdidri atas tiga macam:
Ø Al-Qur’an adalah Firman atau kalam Allah SWT yang mu’jizat yang diturunkan lengkap dengan redaksinya kepada Rosulullah SAW untuk disampaikan juga kepada manusia agar dijadikan hujjah dan petunjuk yang diawali dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, yang sampai kepada kita secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.
Ø As-Sunah adalah semua sabda atau perbuatan Rosulullah SAW atau persetujuan beliau terhadap perkataan atau perbuatan sahabatnya karena dinilainya baik.
Ø Ijtihad sebagai ladasan dasar dalam pendidikan Islam, yang saya maksud adalah usaha-usaha pemahaman yang sangat serius dari kaum muslimin terhadap Al-Qur’an dan AS-Sunah sehingga memunculkan kretifitas yang cemerlang dibidang kependidikan Islam. atau bahkan karena adanya tantangan zaman dn desakan kebutuhan sehingga melahirka ide-ide ungsional yang gemilang.

b. Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam meliputi tiga hal sebagai berikut:
Ø Menumbuhkembangkan peserta didik ketingkat yang normatif lebih baik.
Ø Melestarikan Ajaran Islam
Ø Melestarikan Kebudayaan dan Peradaban Islam.
Oleh Karena beban yang diemban pendidikan Islam mencakup aspek-aspek yang sangat kompleks, seperti dimensi intelektual, dimensi cultural, dimensi nilai-nilai transcendental, dimensi ketrampilan fisik dan tehnologi, serta dimensi pembinaan kepribadian manusia itu sendiri, maka menjadi fungsi ketiga pendidikan Islam adalah untuk melestarikan akumulasi kebudayaan dan peradaban kaum muslimin yang tinggi nialinya. Bahkna untuk terus ditumbuhkembangkan.

c. Tujuan Pendidikan Islam

Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan Islam adalah:
Ø Kesempurnaan manusia yang berujung taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
Ø Kesempurnaan manusia yang berujung kepada kebahagiaan dunia dan kesentosaan akhirat.
Sedangkan menurut Widodo Supriyono, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk dan memperkembangkan manusia beriman, bertaqwa, berilmu, bekerja, dan berakhlak mulia disepanjang hayatnya menurut tuntutnan Islam.

3. Ilmu Pendidikan Islam Praktis

a. Pendidikan Islam di lingkungan keluarga

Keluarga adalah mereka yang terikat oleh tali perkawinan, mereka yang karena prtalian darah atau seketurnan sebagai ahli waris dan seagama, serta mereka yang sepersusuan meskipun tidak termasuk ahli waris.
Ø Awal Mula Pendidikan Islam.
Menurut Islam, bayi itu pada waktu dilahirkan dari rahim ibunya belum mengetahui seuatu apa pun. Hanya saja mereka sudah membawa atau dibekali oleh Allah berupa segenap “perangkat” yang diperlukan untuk nantinya mengetahui segala sesuatu. Dengan perkataan lain, sudah tersedia indera lengkap guna menerima pendidikan Islam dari lingkungan keluarganya.
Segera setelah lahir, maka yang dilakukan pihak orang tua adalah mengadzankan, mentahnik, yakni memberi pemanis di mulut bayi serta menyusui. Susunan yang sempurna menurut Islam adalah setelah anak disusui setelah dua tahun penuh.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa permulaan aktif pendidikan Islam itu lebih dini sekitar satu tahun dibandingkan dengan konsep M.J. Langeveld yang memulai pendidikan di lingkngan keluarga itu pada anak usia tiga tahun.
Ø Materi Pendidikan Islam di lingkungan keluarga
Materi pendidikan Islam di lingkungan keluarga dapat disesuaikan
dengan landasan dasar, fungsi dan tujuan yang termaktub dalam Ilmu Pendidikan Islam Teoritis.
Ø Metode Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam di lingkungan keluarga, yaitu; metode keteladanan, metode pembiasaan, metode penggunaan bahasa pergaulan yang baik, metode cerita, dan metode pengadaan sarana hiburan.
Ø Evaluasi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga
Evaluasi pendidikan Islam di lingkungan keluarga ini dapat dilakukan setiap malam. Misalnya, setelah usai makan malam, sebelum anak berangkat belajar. Dalam hal ini orng tua dapat melakukan evaluasi anaknya seharian itu.

b. Pendidikan Islam di Lingkungan Sekolah

Pendidikan Islam di lingkungan sekolah ini terdiri atas Raudhatul Atfal yang setingkat taman kanak-kanak; Madrasah Diniyah Swasta; Madrasah Ibtidaiyah, baik negeri maupun swasta, yang setingkat dengan sekolah dasar. Kemudian Madrasah Tsanawiyah, baik negeri maupun swasta, yang setingkat dengan sekolah lanjutan tingkt pertama. Selanjutnya Madrasah Aliyah, baik negeri maupun swasta, yang setingkat sekolah menengah umum. Juga termasuk pendidikan Islam di lungkungan sekolah adalah perguruan-perguruan tinggi Islam.
Kurikulum pendidikan Islam di lingkungan sekolah ini lazimnya sudah ditetapkan oleh Departemen Agama. Termasuk di dalam kurikulumitu sudah ditetpka tujuan, materi, alat, evaluasi, dan waktu mengadakan evaluasi.
Mengenai metode mengajar dilembaga pendidikan Islam di lingkungan sekolah, lazimnya menggunakan metode-metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagian menerapkan metode karya wisata. Namun metode ceramahlah yang paling dominant digunakan.
Metode pendidikan lain yang perlu dikedepankan juga mestinya metode keteladanan dari guru, metode latihan - latihan atau tugas - tugas di rumah namun guru memberikan satu contoh lebih dahulu, tinggal peserta didik mengembangkannya di rumah. Atau metode induktif, deduktif, dan analisis.

c. Pendidikan Islam di Lingkungan Masyarakat.

Pendidikan Islam di lingkungan masyarakat amat banyak ragam dan jenisnya. Ada yang bercorak individual tidak melembaga, dan tidak sedikit yang bercorak kelompok melembaga. Adapun pendidikan Islam luar sekolah (non formal) dilingkungan masyarakat, dianatanya yang menonjol adalah; Pondok Pesantren, Masjid dan Mushalla, dan Taman Pendidikan Al-Qur’an.

B. Pembahasan Quantum Learning

1. Metode Quantum Learning

Perusahaan yang melahirkan SuperCamp adalah Learning Forum. Menurut penulis, pendekatan Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falasafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja, untuk tipe orang dan segala usia.
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya “suggestologi” atau “suggesstopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif atau negative. Beberapa tehnik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hamper dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah “percepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan”. Cara yang menyatukan unsure-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara brfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerjasama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif, faktor penting utnuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.
Kami mendefinisikan Quantum Learning sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalalah energi. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih cahaya sebanyak mungkin; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, tehnik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya onsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
· Teori otak kanan/kiri
· Teori otak triune (3 in 1)
· Pilihan modalitas belajar (visual, auditorial, dan kinestetik)
· Teori kecerdasan ganda
· Pendidikan holistic (menyeluruh)
· Belajar berdasarkan pengalaman
· Belajar dengan symbol (metaphoric learning)
· Simulasi/permainans

Adapun quantum learning merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik.

C. Pengembangan Quantum Learning dalam Pendidikan Islam

Dalam Islam, paradigma pendidikan yang dipakai adalah persenyawaan antara anthropocentris dan theocentris. Artinya proses perkembangan moral manusia itu didasari nilai-nilai islami yang dialogis terhadap tuntutan Tuhan, tuntutan dinamika sosial, dan tuntutan pengembangan fitrah lebih cenderung kepada pola hidup yang harmonis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi kekhalifahan dan penghambaan.
Nilai-nilai kemanusiaan berakar pada penciptaan manusia. Manusia tercipta sebagai makhluk dinamis yakni manusia terus menerus berkembang dan berubah setiap saat. Berdasarkan tesis ini, maka nilai-nilai kemanusiaan juga mengalami perkembangan dan perubahan pula. Nilai-nilai kemanusiaan itu berubah sejalan dengan perubahan waktu. Berubah berarti mengalami pergeseran, yaitu bergeser dari satu tahapan menuju ke tahapan yang lain, dari satu tingkatan menuju ke tingkatan berikutnya.

Dimensi theocentris (hablun min Allâh) dan anthropocentris (hablun min al-nâs) adalah dua dimensi bagaikan dua sisi mata uang. Kesalehan seseorang kepada Tuhan tidaklah dianggap cukup jika tidak disertai dengan kesalehannya kepada sesama manusia dan makhluk lainnya. Dengan demikian, dimensi anthropocentris dan dimensi theocentris pada hakikatnya mewujudkan kesejahteraan anthropocentris. Rasa kemanusiaan yang terpisah dari rasa ketuhanan akan menjadikan manusia memberhalakan manusia. Makna sejati dari kemanusiaan itu sendiri terletak pada kebersamaannya dengan ketuhanan. Demikian juga rasa ketuhanan tidak akan memperoleh makna yang luhur bila tidak diikuti dengan rasa kemanusiaan.

Ada beberapa prinsip tentang manusia yang dapat dijadikan landasan bagi kepentingan pendidikan Islam yang humanis yaitu:

pertama, manusia (peserta didik) adalah makhluk termulia yang melebihi makhluk-makhluk lain seperti malaikat, jin, setan, dan hewan. Karena itu, dalam proses pendidikan, para guru lebih mendahulukan strategi pembelajaran yang memanusiakan manusia daripada yang bersifat pemaksaan.

Kedua, manusia memiliki kemampuan berfikir dan permenungan. Ia dapat menjadikan alam sekitarnya sebagai objek renungan, pengamatan, dan arena tempat menimbulkan perubahan yang diingini. Manusia adalah makhluk yang mampu melakukan self-reflection, ia mampu keluar dari dirinya dan menengok ke belakang, kemudian mengadakan penelitian dan permenungan.

Ketiga, ada perbedaan perseorangan. Yakni bahwa masing-masing manusia memiliki ciri khas tersendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya, baik lahir maupun batin. Menelaah manusia hanya pada satu sisi, akan membawa pada stagnasi pemikiran tentang manusia, sekaligus menjadikannya obyek yang statis.

Keempat, manusia dalam kehidupannya dipengaruhi dan bersosialisasi dengan faktor-faktor bawaan dan alam lingkungan, terutama lingkungan sosial. Manusia membutuhkan sosialisasi di antara mereka. Hubungan antar manusia didasari oleh hubungan kekhalifahan, kebaikan, dan egaliter. Manusia lain dipandang sebagai pribadi yang harus dipersilakan mengembangkan dirinya.

Kelima, Manusia dalam kebebasannya mengolah spiritualitasnya untuk dapat menyadari eksistensi Tuhan. Menyadari eksistensi Tuhan akan melahirkan tanggung jawab kepada Sang Ilahi. Menurut Andreas Harefa, lahirnya tanggung jawab itu karena didorong oleh adanya kesadaran mengenai hakikat diri sebagai makhluk langit, makhluk moral spiritual (moral spiritual being) dan tidak hidup hanya untuk minum dan makan.

Untuk itulah betapa pentingnya penerapan metode Quantum Learning ini dalam pendidikan Islam, agar nilai-nilai kemanusiaan dalam Islam yang selama ini diagung-agungkan bisa benar-benar berwujud dan nantinya masyarakat dunia tidak memandang sebelah mata pendidikan di dunia Islam. kekerasan dalam pendidikan yang selama ini dirasakan harus benar-benar diberantas, dan hal ini harus dipelopori oleh umat Islam yan mana dalam Al-Qur'an disebutkan; wajadilhum biladzi hiya ahsan, hal ini harus benar-benar diterapkan dalam dunia pendidikan Islam pada Khususnya.


Alam ku.....

sejuk, tenang, damai...

itulah alam...

mereka tak pernah punya dosa...

namun sering kali orang berbuat dosa kepadanya...

aku kadang tak habis pikir...

kenapa manusia tega melakukan...

kesuciannya terenggut...

keindakannya entah dimana...

kini tinggal puing-puing kenistaan...

manusiakah mereka...

ataukah hewan berkepala manusia???

kapan alamku bisa seperti dulu...

wahai sang durjana...

hentikanlah ulahmu...

kembalilah pada_Nya

dan rasakan kenyamanan...

yang tiada tara...

PENILAIAN BERBASIS KELAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi atau penilaian sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia sehari-hari, karena disadari atau tidak, sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk diri sendiri maupun kegiatan social lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dri berpakaian, setelah berpakaian ia berdiri dihadapan kaca apakah penampilannya sudah wajar atau belum.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari system pendidikan islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus benar-benar mempersiapkan dengan benar evaluasi tersebut, Sebelum menyiapkan evaluasi belajar gur terlebih dahulu harus mengetahui apa esensi dari penilaian itu sendiri.
Dalam makalah ini akan diulas beberapa poin yang tentunya berkaitan dengan penilaian, yang khususnya adalah penilaian berbasis kelas. Diantaranya adalah pengertian penilaian, bentuk-bentuk penilaian, syarat-syarat penilaian, dan lingkup penilaian.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis mengambil rumusan masalah:
1. Apakah pengertian penilaian?
2. Apakah pengertian, fungsi, serta tujuan penilaian berbasis kelas?
3. Apa saja bentuk-bentuk penilaian berbasis kelas itu?

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENILAIAN

1. Secara etimologi

Evaluasi (penilaian) berasal dari bahasa Inggris Evaluation, akar katanya value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa arab disebut al-qimah atau al-taqdir.[1] Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan al-Taqdir al- Tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian dalam (bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.[2] Atau juga dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek.[3]

2. Secara Terminologi

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian penilaian berdasarkan Terminologinya, diantaranya adalah :
a. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternative keputusan (Mehrens & Lehmann, 1978:5).[4]
b. Edwin Wandt dan Gerald W. Brown mengemukakan bahwa, Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.[5]
c. Menurut m. Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[6]
Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan incidental, melainkan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas. Penilaian berbeda dengan pengukuran (measurement), karena pengukuran lebih bersifat kuantitatif. Bahkan pengukuran merupakan instrument untuk melakukan penilaian atau dengan kata lain pengukuran menjawab pertanyaan “how much”, sedangkan penilaian menjawab pertanyaan “what value”.

B. PENILAIAN BERBASIS KELAS (PBK)

1. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas

PBK yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya.[7]

2. Fungsi PBK

a. Bagi peserta Didik
Ø Dalam mewujudkan dirinya dalam merubah atau mengembangkan penilaiannya degan mengubah atau mengembangkan performans perilakunya kearah yang lebih baik (positif) dan maju (progresif).
Ø Mendapatkan kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
b. Bagi Guru
Ø Menetapkan berbagai metode dan media yang relevan dengan kompetensi yang akan dicapaipada proses pembelajaran Agama.
Ø Membuat pertimbangan dan keputusan administratife.

3. Tujuan

Ø Secara Umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah:[8]
a. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik, baik sebagai individu maupun anggota kelompok/kelas seteah ia mengikuti pembelajaran mata pelajaran tertentu.
b. Mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi berbagai komponen pembelajaran yang dipergunakan guru dalam jangka waktu tertentu.
c. Menentukan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran bagi peserta didik.
Ø Sedangkan Tujuan Khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah:
a. untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
b. untuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

4. Kegunaan Evaluasi

Diantara kegunaan yang dapat dipetik dari evaluasi dalam bidang pendidikan adalah:[9]
a. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memeperoleh informasi tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
b. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai.
c. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukanya usaha perbaikan, penyeuaian, dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil yang lebih baik.

5. Aspek-aspek Yang Dinilai

Aspek-aspek yang dinilai adalah kumpulan kumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), tindakan (action), dan tes tertulis 9subjektif, objektif, dan proyektif).

6. Waktu Pelaksanaan

Penilaian ini dilaksanakan sepanjang waktu secara berkesinambungan selama peserta didik mengikuti proses pembelajaran.

7. Bentuk Penilaian PBK

Ada beberapa bentuk penilaian berbasis kelas, diantaranya:[10]
a. Kuis; digunakan untuk menenyakan hal-hal yang prinsip daripelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai pemahaman yang cukup mengenaipelajaran yang diterima, sekaligus juga untuk membantu huubungan antara pelajaranyang lalu dengan yang akan dipelajari (apresiasi).
b. Pertanyaan Lisan di kelas; digunakan untuk mengungkapkan penguasaan peserta didik tentang pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari. Dengan ini diharapkan para peserta didik mempunyai bangunan keilmuan dan landasan yang kokoh untuk mempelajari materi berikutnya.
c. Ulangan Harian; dilakukan secara periodic pada akhir pengembangan kompetensi, untuk mengungkapkan penguasaan ognitif peserta didik, sekaligus untuk menilai keberhasilan pengguna berbagai perangkat pendukung pembelajaran.
d. Tugas Individu; dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dan dapat berupa tugas di madrasah (kelas) dan di rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkapkan kemampuan teoritis dan praktispenguasaan hasil penilaian dalam penggunaan media, metode, strategi, dan prosedur tertentu.
e. Tugas Kelompok; digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah, sekaligus juga untuk membangun sikap kebersamaan pada diri peserta didik. Tugas kelompok ini akan lebih baik kalau diarahkan pada penyelesaian mengenai hal-hal yang bersifat empiric dan kesuistik. Jika mungkin kelompok peserta didik diminta melakukan pengamatan langsung atau merancanakan sesuatu proyek dengan menggunakan data informasi dari lapangan.
f. Ulangan Semester; digunakan untuk menilai penguasaan kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang disajikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkankompetensi dasar, hasil belajar dan indicator pencapaian hasil belajar yang dikembangkan dalam semesteryang bersangkutan.
g. Ulangan Kenaikan Kelas; digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam menguasai materipada suatu bidang studi tertentu satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain yang relevan.
h. Responsi atau Ujian Praktik; dipakai untuk mata pelajaran yang ada praktiknya, seperti Fiqih Ibadah dan Bahasa Arab, yaitu untuk mengetahuipenguasaan akhir baik dari segi kognitif, efektif, maupun psikomotoriknya.

C. PRINSIP UMUM

Sebagai kurikilum berbasis kompetensi, pelaksanaan PBK dipengaruhi oleh berbagai factor dan komponen yang ada didalamnya. Namun demikian, guru mata pelajari PAI mempunyai posisi sentral dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan kegiatan penilaian. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut:
a. Valid
PBK harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya atau shahih. Artinya, adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
b. Mendidik
PBK harus memberikan sumbangan positif pada pencaian hasil belajar peserta didik.
c. Berorientasi pada kompetensi
PBK harus menilai pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan nilai yang terrefleksi dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
d. Adil dan Objektif
PBK harus mempertimbangkan rasa keadilan dan objektifitas ppeserta didik, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakng etnis, budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pelajaran.
e. Terbuka
PBK hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan, sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
f. Berkesinambungan.
PBK harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peerta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.
g. menyeluruh
PBK harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggungnjawabkan kepada semua pihak.
h. Bermakna
PBK diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. untuk itu, PBK hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

D. PERSYARATAN PENILAIAN

Penilaian dilakukan sesudah melakukan pengukuran oleh karenanya agar penilaian itu tepat, maka hasil pengukurannya juga harus akurat. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar hasil pengukuran tepat adalah alat ukurnya harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu kesahihan, keandalan, dan ekonomis.
Kesahihan tes dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: kesahihan isi yang dapat dilihat dari bhan yang diujikan, kesahihan konstruk dilihat dari dimensi yang diukur, dan kesahihan kriteria yang dapat dilihat dari daya prediksinya.

E. LINGKUP PENILAIAN HASIL BELAJAR

Kurikulum dan hasil belajar mata pelajaran PAI memuat tiga komponen utama, yaitu: kompetensi dasar, hasil belajar, dan indicator pencapaian hasil belajar. Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan yang utuh, dimana kompetensi dasar mata pelajaran PAI dijabarkan dalam hasil belajar, dan hasil belajr dijabarkan dalam indicator pencapaian hasil belajar.
Kompetensi menentukan apa yang harus diklakukan peserta didik untuk mengerti, menggunakan, menjelaskan, mengapresiasi, atau menghargai. Kompetensi adlah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik. Bagaimana cara menilai seorang peserta didik sudah meraih kompetensi tertentu tidak langsungsung digambarkan didalam pernyataan tentang kompetensi. Rincian yang lebih banyak tentang apa yang diharapkan dari peserta didik digambarkan dalam hasil belajar dan indicator hasil belajar.
Hasil belajar merefleksi keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bertingkat), yang digambarkan secara jelas dan dapat diukur dengan tehnik-tehnik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan kinerjapeserta didik yang dapat diukur.
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan.

F. PELAPORAN HASIL TES

Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan seseorang, hasil pengetesan tersebut perlu dilaporkan. Laporan tersebut dapat diberikan kepada peserta didik yang bersangkutan, kepada orang tua pesert didik, kepada kepala sekolah, dan sebagainya. Laporan kepada masing-masing yang brkepentingan dengan hasil tes ini sangat penting karena dapat memberikan informasi yang angat berguna dalam rangka penentuan kebijaksanaan selanjutnya.

G. PEMANFAATAN HASIL TES

Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian sangat berguna sesuai dengan tujuan ujian. Informasi atau data hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan system, proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.


BAB III
PENUTUP

Dari makalah didepan dapat diambil kesimpulan, bahwa:

1. Evaluasi (Penilaian) adalah suatu tindakan atau suatu proses terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
2. PBK yaitu suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat, dan konsisten, serta mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar pada mata pelajaran yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus telah dicapai disertai dengan petunjuk kemajuan belajar peserta didik dan pelapornya.
3. Fungsi PBK diantaranya adalah fungsi bagi peserta didik dan untuk guru sendiri.
4. Tujuan PBK ada tujuan secara umum dan tujuan khusus.
5. Kegunaan evaluasi bagi evaluator adalah guna memperoleh informasi, mengetahui relevansi antara program pendidikan dengan tujuan pendidikan dan juga untuk melakukan usha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaa program pendidikan.
6. Aspek-aspek yang dinilai adalah kumpulan kumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), tindakan (action), dan tes tertulis 9subjektif, objektif, dan proyektif).
7. Bentuk-bentuk penilaian PBK adalah: Kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan, dan response atau ujian praktik.
8. Prinsip umum dari penilaian adalah: Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruhdan bermakna.

POLITIK PENDIDIKAN

POLITIK PENDIDIKAN

A. HUBUNGAN ANTARA POLITIK DAN PENDIDIKAN

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam system social politik disetiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagian yang terpisahkan, yang satu sama lain tidak tidak memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya bahu-membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat disuatu Negara. Lebih dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. Lembaga-Lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku politik masyarakat dinegara tersebut. Begitu juga sebaliknya, lembaga-lembaga dan proses politik disuatu Negara membawa dampak besar pada karakteristik pendidikan di Negara tersebut. Ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan dan politik disetiap Negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah terjadi sejak awal perkembangan Peradaban manusia dan menjadi perhatian para Ilmuwan.
Dalam ungkapan Abernethy dan Coombe (1965:287) Education and politics are inextricably linked (Pendidikan dan politi terkait tanpa bias dipisahkan). Menurut mereka(1965:289), hubungan timbale balik antara pendidikan dan politik dapat terjadi melalui tiga aspek, yaitu pembentukan sikap kelompok (group attitude), masalah pengangguran (unemployment), dan peranan politik kaum cendekia(the polical role of the intelligentsia).
Ide Non-Political School
Meskipun hubungan atau ketrekaitan antara politik dan pendidikan begitu kuat dan riil, tidak semua orang mengakui dan mendukung realitas tersebut. Banyak pihak yang resah dengan realitas tersebut dan menginginkan upaya-iupaya perubahanuntuk meminimalisasi atau mengikis elemen-elemen politik dalam dunia pendidikan. Mereka menginginkan agar pendidikan dan politik menjadi dua wilayah yang terpisah dan tidak berhubungan. Mereka percaya bahwa pemisahan antara politik dan pendidikan dapat dilaukan untuk membebaskan lembaga-lembaga pendidikan dari berbagai kepentingan politik penguasa.
Namun, apapun latar belakang dan tujuan kemunculannya, kecenderungan pemisahan dan pengintegrasian pendidikan dan politik, keduanya akan terus saling terkait. Pendidikan menyangkut proses tranmisi ilmu pengetahuan dan budaya, serta prkembangan ketrampilan dan pelatihan untuk tenga kerja, dan politikberkenaan dengan praktik kekuasaan, pengaruh dan otoritas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan-keputusan otoritatif tentang alokasi nilai-nilai dan sumber daya. Karen keduanya sarat dengan prose pengalokasian dan pendistribusiannilai-nilai dalam masyarakat, maka tidaklah sulit untuk memahami bahwa pendidikan dan politik adalah dua perangkat aktivitas yang akan terus saling terkait dan berinteraksi
Perkembangan di Indonesia
Di Indonesia, kepedulian terhadap hubungan pendidikan dan politik sudah mulai berkembang dalam wacana public,walaupun belum menjadi satu bidang kajian akademik. Dari beberapa pemikiran yang berkembang dari sebuah seminar tentang Education and Nation’s Crisis yang pembicaranya salah satunya adalah Muchtar Buchori dapat ditarik beberapa pemahaman. Pertama, Adanya kesadaran tentang hubungan erat antara pendidikan dan politik. Kedua, Adanya kesadaran akan peran penting pendidikan dalam menentukan corak dan arah kehidupan politik. Ketiga, adanya ksadaran akan pentingnya pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan politik. Keempat, diperlukan pemahaman yang lebih luas tentang politik. Kelima, Pentingnya pendidikan kwargaan (Civic Education). Ungkapan tersebut khususnya menggambarkan suatu keyakianan terhadap hubungan erat antara pendidikan dan politik.
Beberapa buku yang membahas aspek-aspek politik pendidikan juga mulai bermunculan dari para penulis dalam negeri. Selain itu, juga telah bermunculan buku-buku tentang pendidikan kewargaan yang secara langsung maupun tidak langsung membahas isu-isu diseputar politi pendidikan. Dalam dua decade terakhir, memasuki abad 21 dan pemberlakuan otonomi daerah, lingkungan politik pendidikan. Di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan penting. Perubahan tersebut ditandai oleh paling tidak tiga kecenderunga utama. Pertama, terjadinya perubahan peranan pemerintah pusat dan daerah dalam kebijakan pendidikan. Kedua, muncul kembalinyakepentingan-kepentingan nonkependidikan, terutama dari dunia bisnis, dalam wilayah negara. Dalam tulisan ini penulis mencoba melakukan pendekatan secara filosofis namun juga tidak meninggalkan unsur-unsur historisitas dalam menjelaskanya. Disitu terlihat beberapa paragraf mengemukakan pendapat para ahli dalam memandang hubungan antara pendidikan dan politik, namun semua itu juga tidak bisa terlepa dari sejarah masa lampau. Untuk itulah kami memandang penulis melakukan pendekatan secara filosofis maupun histories.

B. FUNGSI POLITIK INSTITUSI PENDIDIKAN

Hubungan antara pendidikan dan politik bukan sekedar hubungan saling mempengaruhi, tetapi juga hubungan fungsional. Lembaga dan proses pendidikan menjalanakan sejumlah fingsi politik yan signifikan. Mungkin yang terpenting dari fungsi-fungsi tersebut bahwa sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya menjadi agen-agen sosialisasi politik. Lembaga-lembaga pendidikan menjadi tempat dimana individu-individu, terutama anak-anak dan generasi muda, mempelajari sikap-sikap dan perasaan tentang system politik, dan sejenis peran politik yang diharapkan dari mereka.
Institusi pendidikan sebagai alat kekuasaan?
Berbagai institusi pendidikan yang ada dalam masyarakat dapat berfungsi sebagai alat kekuasaan dalam upaya membentuk sikap dan keyakinan politik yang dikehendaki. Berbagai aspek pembelajaran terutama kurikulum dan dbahan-bahan bacaan, sering kali diarahkan pada kepentingan politik tertentu. Dibanyak negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik sangt menyadari fungsi pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan politik. Mereka melakukan berbagai cara untuk mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesan-pesan politik melalui metode dan bahan ajar (Curriculum content) pendidikan. Di negara-negara komunis misalnya, metode brain washing digunakan secara luas untuk membentuk pola piker kaum muda, agar sejalan dengan doktin komunisme.
Di Indonesia, hal serupa terjadi pada masa rezim Soeharto, beberapa kebijakan yng dikeluarkan juga untuk menunjang daya tahan rezim tersebut. Terbukti rezim tersebut bisa bertahan selama 32 tahun, hal tersebut pun juga tidak jauh dari kebijakan pendidikan yang selalu berpihak pada Soeharto.
Era reformasi yang ditandai dengan kejatuhan rezim Soeharto pada tahun 1998 tela membawa perubahan mendasar pada beberapa aspek pengelolaan sistem pendidikan nasional. Salah satu aspek perubahan yang cukup mendasar adalah bergesernya paradigma pengelolaan sistem pendidikan national dari paraigma sentralisasi ke desentralisasi.
Institusi-institusi pendidikan, walaupun pada awalnya didesain untuk menjalankan fungdi-fungsi pendidikan semata, dalam perkembangannya bisa saja menjalankan fungsi-fungsi politik tertentu, baik disadari maupun tidak disadari oleh para pengelolanya. Ada tiga alas an utama hal ini. Pertama, karena keberadaan dan perkembangan institusi pendidikan tidak terlepas dari dinamika social politik masyarakat lingkungannya. Kedua, karena kuatnya kecendeungan para politisi untuk mengeksploitasi peran institusi pendidikan untuk kepentingan politik mereka. Ketiga, kaena para pengelola sekolah pada dasarnya juuga adalah para politisi yang senantiasa dihadapkan pada dinamika internal maupun eksternal.
Sedangkan pada tulisan yang brhubungan dengan fungsi politik dan institusi pendidikan ini penulis mencoba menggunakan pendekatan secara historis, diatas dituliskan sejarah masa orde baru dalam membuat kebijakan pendidikan.

C. KONTROL NEGARA TERHADAP PENDIDIKAN

Sebagai suatu proses yang banyak menentukan corak dan kualitas kehidupan individu dan mastyarakat, tidak mengherankan apabila semua pihak memandang pendidikan sbagai wilayah strategi bagi kehidupan manusia sehingga program-program dan proses yang ada di dalamnya dapat dirancang, diatur, dan diarahkan sedemikian rupa untuk mendapatka output yang didinginkan. Inilah salah satu alasan mengapa begitu banyak orang tua yang sanggup mengorbankan harta mereka yang berharga untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Ini pulalah salah sarua alas an mengapa suatu negara sangat peduli dan menyediakan anggaran dalam jumlah yang besar untuk bidang pendidikan.
Semua itu dilakukan dalam rangka membangun suatu sistem pendidikan yang memiliki karakteristik, kualitas, arah, dan output yang diinginkan. Untuk memastikan terwujudnya keinginan tersebut, banyak negara yang menerapkan kontrol sangat ketat terhadap program-program pendidikan, baik yang diselenggrakan sendiri oleh negara maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Salah satu fungsi system pndidikan di banyak Negara adalah menghasilkan pengetahuan teknis / administrative yang pada akhirnya diakumulasi oleh kelompok-kelompok dominan dan digunakan dalammengontrol ekonomi, politik, dan budaya. Alih-alih menjadi pusat pencerahan dan intelektualisasi sekolah-sekolah justru menjadikan pusat indoktrinasi. Kandungan (contet) dari kurikulum pembelajaran terus mengalami perubahan, bukan karena merespons perkembangan dunia ilmu pengetahuan atau tantangan baru, tetapi dalam rangka menjawab tuntutan-tuntutan tertentu dari negara terhadap peran politik sekolah-sekolah. Ketika doktin-doktrin para penguasa negara bersebrangan dengan nilai-nilai yang hidup secara riil dala masyarakat, maka institusi-institusi sekolah menjadi sumber konflik, baik antar sesame perangkat sekolah itu sendiri maupu antara perangkat seklah dengan peserta didik. Ketika para anggota perangkat sekolah dan peerta didik merambah ke luar lingkungan sekolah, maka skala konflik meluas menjadi konflik social politik.
Persoalan ini memunculkan pertanyaan sebagai berikut, Apakah msih mungkin mengembalikan fungsi sekolah sebagai wisdom of education? Apakah control Negara terhadap sekolah dapat dihilangkan? Apakah suatu system pendidikan dapat berjalan tanpa ada mekanisme control? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini tergantung pada bagaimana konsep kita tentang sekolah dan Negara. Apa pun jawabannya, inti persoalan adalah bagainmana mnformulasikan posisi dan peran Negara dalam pengembangan system pendidikan tanpa harus “mengganggu” tujuan asasi pendidikan sebagai pusat pencerahan masyarakat.

D. PROSPEK KAJIAN POLITIK PENDIDIKAN

Sebagai suatu kajian yang relatjf baru dan merupakan pengembangan dari bidang kajian yang teklah mapan (established), yaitu kajian politik dan kajian pendidikan, kelayakan politik pendidikan sebagai suatu bidang kajian banyak dipertanyakan, baik oleh para sarjana ilmu politik maupun oleh para sarjana ilmu pedidikan.
Namun, pengalaman panjang bangsa Indonesia, mulai dari era colonial hingga era reformasi, memperlihatkan betapa pendidikan dan politik saling berkaitkelindan. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari karakteristik berbagai kebijakan pendidikan yang dibuat oleh rezim yang berkuasa. Hal itulah yang memperlihatkan bahwa para ilmuwan pendidikan di negeri ini membutuhkan wawasan politik yang memadai untuk dapat menjelskan berbagai persoalan kependidikan yang ada. Begitu juga sebaliknya, para ilmuwan politik di negeri ini membutuhkan wawasan kependidikan untuk dapat menjelaskan berbagai persoalan politik dengan baik kepada masyarakat. Pada konteks inilah kita pantas optimis bahwa pada masa-masa mendatang, kajian-kajian politik pendidikan akan semakin dibutuhkan sehingga kajian-kajian dalam bidang ini akan berkembang pesat.

E. PROBLEM METODOLOGI PENELITIAN POLITIK PENDDIDIKAN

Proses kemunculan politik pendidikan sebagai suatu bidang kajian, baik dikalangan ilmuwan politik maupun ilmuwan pendidikan telah melalui pergumulan metodologis yang panjang dan penuh perdebatan. Disatu pihak, para penggagas bidang kajian ini dengan penuh gairah menjelaskan bahwa kajian politik pendidikan adalah kajian yamg penting dilakukan, baik oleh para ilmuwan politik maupun para ilmuwan pendidikan.
Namun, tanpa penjelasan dan metodologis yang jelas ternyata sulit untuk bisa diminati. Hingga awal 1970-an, kajian politik pendidikan belum memiliki basis metoologi yang mantap, walaupun pada saat ini penelitian yang terfokus pada bidang kajian ini sudah cukup berkembang. Kelemahan metodologis tersebut dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan metodologis dalam tradisi studi politik dan kependidikan yang menjadi induknya.
Dalam rangka meminimalisasi bervagai problem metodologis yang ada dalam studi politik pendidikan, maka perlu dikembangkan prioritas-prioritas dalam bidang kajian ini. Menurut Harman (1980:11-120, ada enam prioritas utama yang mendesak untuk dilakukan. Pertama, studi dengan penekanan pada teori dan pengembangan teori. Kedua, melakukan studi kompatratif. Ketiga, membuat summary atau mlakukan studi interpretatife. Keempat, melakukan studi dengan focus utama pada tingkat makro. Kelima, melakukan studi tentang pemerintah pusat dan pendidikan. Dan, Keenam, melakukan studi tentang persoalan diseputar kebijakan.
Dala tulisan diatas, penulis mencoba melakukan pendekatan secara filosofis dengan memikirkan dan mencari hal utama yang harus dilakukan untuk menangani problem yang ada.

F. ASPEK-ASPEK POLITIK DESENTRALISASI PENDIDIKAN

Pengertian dan Jenis Desentralisasi
Menurut Bray (1984, hal. 5) desentralisasi adalah “proses ketika tingkat-tingkat hierarki dibawahnya diberi wewenang oleh badan yang lebih tinggi untuk mengambil keputusan tentang penggunaan sumber daya organisasi”. Adapun menurut Burnett et al (19950, desentralisasi pendidikan adalah “otonomi untuk menggunakan input pembelajaransesuai dengan tuntutan sekolah dan komunitas local yang dapat dipertanggungjawabkan kepada orang tua dan komunitas” Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi adalah “penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara kesatuan Republik Indonesia.”
Dilihat dari sasarannya, desentralisasi pendidikan bisa bersifat politik atau demokratik dan bisa juga bersifat administrastif (Fiske dan Drost 1998, hal. 17-19). Desentralisasi pendidikan bersifat politik dan demokrasi manakala penyerahan kekuasaan untuk membuat keputusan tentang pendidikan diberikan oleh pemerintah kepada rakyat atau wakil-wakilnya di tingkat pemerintahan yang lebih rendah, di dalam dan di luar sistem. Desentralisasi dmiistratif atau birokrasi merupakan suatu strategi manajemen bahwa kekuasaan politik tetap berada di tangan pejabat-pejabat pusat tetapi tanggung jawab untuk perencanan , manajemen, keuangan, dan kegiatan-kegiatan lainnya diserahkan kepada pemerintah di tingkat yang lebih rendah atau badan-badan semi otonom yang berada di dalam sistem.
Dilihat dari jenis wewenagnya yang diberikan, desentralisasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : Pertama, Dekonsentrasi adalah bentuk terlemah dari desentralisasi karena tidak lebih dari sekedar memindahkan tanggung jawab sebagai manajemen dari pusat ke provinsi atau tingkat-tingkat yang lebih rendah sedemikian rupa sehingga pemerintah pusat mempunyai control penuh. Kedua, Delegasi adalah jenis desentralisasi dalam bentuk yang lebih ekstensif, dimana lembaga-lembaga pusat meminjamkan wewenang ke pemerintah ditingkat-tingkat yang lebih rendah atau bahkan ke organisasi-organisasi otonom. Ketiga, Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang paling besar pengaruhnya, yakni menyarahkan wewenang keuangan, administrasi atau urusan secara permanent dan tidak dapat dibatalkan secara tiba-tiba oleh pejabat di pusat begitu saja.
Catatan:
Perubahan paradigma pendidikan nasional dari sentralisasi ke desentralisasi membawa implikasi politik yang sangat luas. Walaupun di atas kertas dan dalam retorika penyampaiannya sarat dengan semangat, nilai-nilai, kepentingan-kepentingan, dan tujuan politik. Apabila aspek-aspek politik lebih mengedepankan ketimbang aspek-aspek pendidikan, maka desentralisasi pendidikan hanya akan menjadi “dagelan politik” yang tidak mengubahkinerja atau mutu pendidikan. Desentralisasi hanya akan menjadi status de yure, bukan status de facto system pendidikan nasional.
Desentralisasi pendidikan yang saat ini diterapkan dala system pendidikan nasional cenderung mengambil bentuk dekonsentrasi, bahwa pemerintah daerah hanya menjadi perpanjangan tangan fungsi-fungsi manajemen milik pemerintah pusat. Berbagai keputusan fundamental dalam bidang pendidikan dan nilai-nilai pendidikan tumbuh dan berkembang dalam system pendidikan nasional adalah nilai-nilai pendidikan milik pemerintah pusat, bukan milik pemerintah daerah.
Agar desentralisasi benar-benar mnjadi status de facto system pendidikan nasional, maka desentralisasi yang diterapkan harus beralih dari dekonsentrantrasi ke delegasi atau devolusi. Desentralisasi pendidikan di Indonesia juga memerlukan dukungan institusional. Salah satu prinsip dasar desentralisasi adalah bekerjanya institusi-institusi yang ada secara demokrasi dan telah tersedianya proses social dan politik yang memungkinkan anggota masyarakat berperan lebih besar dalam pengambilan kebijakan dan menuntut akuntabilitas institusi-institusi pendidikan yang ada di tingkat daerah.
Dan harapan terbesar masyarakat Indonesia adalah ketika segala sesuatunya berjalan sinergi antara masyarakat bawah dengan para elite negara dan juga antara politik dan pendidikan, meskipun politik dan pendidikan adalah suatu hal yang tak bisa dipisahkan dan selalu seiring sejalan, jangan sampai memanfaatkan dunia pendidikan, dunia yang sarat akan keilmuwan, dan di dunia pendidikan ini pula generasi muda akan di bentuk. Jangan sampai karena kepentingan satu orang, terus menghancurkan generasi muda yang ada yaitu generasi yang akan memimpin negara ini di masa yang akan datang.



Kamis, 15 Januari 2009

KEBIASAAN EFEKTIF

7 Kebiasaan Efektif bagi para pemuda:

1. Jadilah pro aktif yaitu bertanggung jawablah atas hidupmu sendiri.

2. Merujuk pada tujuan akhir, atau mulailah dengan mengingat-ngingat tujuan akhirmu dengan cara definisikan misi dan sasaran hidup anda.

3. Dahulukan yang utama, dengan cara susunlah rioritas dan dahulukanlah hal-hal yang penting.

4. Berfikir menang atau menang, yaitu bersikaplah agar semua orang bisa menang.

5. Berusaha memahami terlebih dahulu baru dipahami, yaitu dengan cara jadilah pendengar yang baik dan tulus.

6. Wujudkan sinergi, yaitu dengan cara bekerjasamalah agar mencapai hasil yang lebih baik.

7. Asahlah gergaji, yaitu dengan cara perbaharuilah dirimu secara berkala.

SEJARAH PEREMPUAN

7 Periode sejarah pergerakan perempuan di Indonesia:

1. tahun 1908-1928 adalah masa pergerakan untuk bangkit merebut kemerdekaan dari kaum penjajah Belanda.

2. Tahun 1928-1945 adalah masa kolonial dimana kaum perempuan Indonesia masih banyak terkungkung dan menyelesaikan pekerjaan domestik.

Rabu, 14 Januari 2009

KURIKULUM

PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan. Kurikulum dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu: sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana.
Ada 4 model kurikulum yang berkembang hingga saat ini, yaitu:
1. Model kurikulum Sobjek akademik
2. Model kurikulum Humanistik
3. Model kurikulum rekonstruksi sosial
4. Model kurikulum Kompetensi

Penjelasan dari keempat model diatas adalah sebagai berikut:

1. Model kurikulum Subjek Akademik.
Merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik. Proses belajar yang dipilih tergantung pada segi apa yang dipentingkan dalaam materi pelajaran tersebut.

2. Model Kurikulum Humanistik
Model kurikulum ini menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dn pembelajarannya ber pusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam pendidikan pribadi.
Model kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized Education) yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J Rousseou (romantic education), konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai potensi-potensi, punya kemampuan dan kkuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik Humanis juga berpegang kepada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab.

3. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang ihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.

Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki desai kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari kurikulum ini adalah:
a. Asumsi
Tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
c. Pola-pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.

Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dabentuk-bentuknya berbeda, diantaranya sbagai berikut:
a. Tujuan dan Isi kurikulum
Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
b. Metode
Dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
c. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi ara peserta didik juga dipartisipasikan, partisipasi mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.

4. Model Kurikulum Kompetensi
Kompetensi dpat didefinisikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Depdiknas, 2004). Sedangkan menurut Spencer dan Spencer (1993:9) kompetensi merupakan kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjatau keadaan.
Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi sederhana sepert penggunaan apan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD-Room, and internet.

Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
a. tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
b. metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
Pembelajaran pada awalnya bersifat individual, tiap eserta didik menghadapi serentetan tugas yang harus dikerjakannya, dan maju sesuai kecepatan masing-masing, pada saat tertentu ada tugas-tugas yang bersifat kelompok. Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan dari program pembelajaran (pembelajaran tuntas).
Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
1. penegasan tujuan
2. pelaksanaan pembelajaran
3. pengetahuan tentang hasil
c. Organisasi Bahan Ajar
Bahan ajaran atau kompetensi yang luas/besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
d. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah; sebagai umpan balik bapesrta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.